ANALISIS RASIO
Analisis rasio dapat digunakan untuk menyusun anggaran dengan cara menetapkan rasio keuangan yang ideal. Pada bahasan pokok ini dikemukakan pengertian rasio keuangan dan ilustrasi penganggaran berdasarkan rasio keuangan.
1. Pengertian rasio keuangan
Rasio keuangan adalah rasio yang membandingkan secara vertikan maupun horizontal dari pos yang terdapat dalam persentase, kali,dan absolute.
Rasio historis adalah rasio keuangan dari perusahaan itu sendiri yang dianggap paling baik dimasa lalu untuk digunakan sebagai rasio pembanding atau rasio ideal dimasa mendatang.
2. Ilustrasi penyusunan anggaran dengan menggunakan rasio keuangan
Misalnya PT Iqra mengiginkan rasio keuangan yang ideal periode tahun 2010 sebagai berikut :
Rasio utang dan modal = 30%
Rasio cepat = 100%
Perputaran asset = 0,839161 kali
Periode pengumpulan piutang = 30 hari
Margin laba kotor = 40%
Perputaran sediaan produk jadi = 8 kali
Perputaran sediaan produk dalam proses = 10 kali
Perputaran sediaan bahan baku = 8 kali
Rasio utang jangka panjang dengan modal = 10%
Biaya bahan baku Rp 30.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 40.000
Saham biasa Rp 100.000
Laba ditahan Rp 10.000
Sediaan produk jadi awal Rp 5.000
Sediaan produk dalam proses awal Rp 4.000
Dari data diatas dibuat perhitungan untuk penyusunan anggaran sebagai berikut :
a. Rasio utang terhadap kekayaan bersih = utang / (saham biasa + laba ditahan)
Utang = 30% x (Rp 100.000 + Rp 10.000)
= Rp 33.000
b. Total pasiva = utang + modal = total asset
= Rp 33.000 + Rp 100.000 + Rp 10.000
= Rp 143.000
c. Rasio utang jangka panjang dengan modal = utang jangka panjang / modal = 100%
Utang jangka panjang = 10% (Rp 100.000 + Rp 10.000)
= Rp 11.000
Utang jangka pendek = Rp 33.000 – Rp 11.000
= Rp 22.000
d. Rasio cepat = (kas + piutang) / utang jangka pendek = 100%
Kas + piutang = 100% x Rp 22.000
= Rp 22.000
e. Perputaran aktiva = jualan / aktiva = 0,839161 kali
Jualan = 0,839161 x Rp 143.000
= Rp 120.000
f. Periode pengumpulan piutang = (piutang x 360) / jualan = 30 hari
Piutang = (jualan / 360) x 30 hari
= (Rp 120.000 / 360) x 30 hari = Rp 10.000
g. Kas = Rp 22.000 – Rp 10.000
= Rp 12.000
h. Margin laba kotor = (jualan – HPP) / jualan = 40%
HPP = (100% - 40%) x Rp 120.000
= Rp 72.000
i. Perputaran sediaan produk jadi = HPP / sediaan produk jadi = 8 kali
Sediaan produk jadi = Rp 72.000 / 8 = Rp 9.000
j. Perputaran sediaan bahan baku = biaya bahan baku / sediaan bahan baku = 8 kali
Sediaan bahan baku = Rp 30.000 / 8 = Rp 3.750
k. Harga pokok produk jadi = HPP + sediaan produk jadi akhir – sediaan produk jadi
Awal
= Rp 72.000 + Rp 9.000 – Rp 5.000
= Rp 76.000
l. Perputaran sediaan produk = harga pokok produk jadi / sediaan produk dalam proses
= 10 kali
Sediaan produk dalam proses = Rp 76.000 / 10 = Rp 7.600
m. Biaya pabrik = harga pokok produk jadi + sediaan produk dalam proses akhir –
Sediaan produk dalam proses awal
= Rp 76.000 + Rp 7.600 – Rp 4.000
= Rp 79.600
n. Biaya overhead pabrik = biaya pabrik – (biaya bahan baku + biaya TKL)
= Rp 79.600 – (Rp 30.000 + Rp 40.000)
= Rp 9.600
o. Aset lancar = kas + piutang + sediaan produk jadi + sediaan produk dalam
Proses + sediaan bahan baku
= Rp 12.000 + Rp 10.000 + Rp 9.000 + Rp 7.600 + Rp 3.750
= Rp 42.350
p. Asset tetap = asset – asset lancar
= Rp 143.000 – Rp 42.350
= Rp 100.650
Dari data perhitungan tersebut dibuatlah anggaran neraca dan anggaran laba rugi untuk tahun 2010.
PT Iqra
Anggaran neraca (neraca pro forma)
Per 31 desember 2010
ASET | KEWAJIBAN |
Asset lancar Kas …………………….. 12.000 Piutang ………………… 10.000 Sediaan produk jadi …... 9.000 Sediaan produk dalam proses 7.600 Sediaan bahan baku…... 3.750 Total asset lancar …….. 42.350 Aktiva tetap ……………. 100. 650 | Utang Utang jangka pendek …….. 22.000 Utang jangka panjang ……. 11.000 Total utang ……………….. 33.000 Modal Modal saham …………….. 100.000 Laba ditahan ……………... 10.000 Total modal ………………. 110.000 |
TOTAL ASER 143. 000 | TOTAL UTANG DAN MODAL 143.000 |
PT Iqra
Anggaran laba rugi
Tahun berakhir 31 desember 2010
Keterangan | Rp |
1. Jualan 2. Biaya bahan baku 3. Biaya tenaga kerja langsung 4. Biaya overhead pabrik + 5. Biaya pabrik (2+3+4) 6. Sediaan produk dalam proses awal + 7. Biaya produksi (5+6) 8. Sediaan produk dalam proses akhir - 9. Harga pokok produk jadi (7-8) 10. Sediaan produk jadi awal + 11. produk siap jual (9+10) 12. Sediaan produk jadi akhir - 13. Harga pokok jualan (11-12) 14. laba kotor (1-13) | 120.000 |
30.000 40.000 9.600 | |
79.600 4.000 | |
83.600 7.600 | |
76.000 5.000 81.000 9.000 72.000 48.000 |
Dari table di atas dapat dihitung rasio berikut ini :
a. Rasio kas = kas / aktiva lancar = Rp 12.000 / Rp 42.350 = 28%
b. Rasio piutang = piutang / utang jangka pendek = Rp 10.000 / Rp 22.000= 45%
c. Rasio lancar = aktiva lancar / utang jangka pendek = Rp42.350/Rp22.000=193%
d. Struktur keuangan vertical = modal sendiri/utang = Rp 110.000/ Rp 33.000= 333%
e. Sstruktur keuangan horizontal = modal aktiva/aktiva tetap= Rp110.000/Rp100.650
= 109 %
Kondosi keuangan PT Iqra berada alam keadaan sehat karena struktur keuangan vertical dan horizontal berada diatas 100%.
Berdasarkan table-tabel diatas dengan asumsi bahwa beban usaha sebesar Rp 8.000 setahundan pajak hasilan sebesar 10% setahun, dapat diditung :
Laba usaha = laba kotor – beban usaha
= Rp 48.000 – Rp 8.000 = Rp 40.000
Laba setelah pajak = Rp 40.000 – (10% x Rp 48.000)
= Rp 35.200
Rentabilitas ekonomis = laba usaha / aktiva usaha = Rp 40.000 / Rp 143.000= 28%
Rentabilitas modal sendiri = laa setelah pajak/modal sendiri = Rp 36.000/Rp 110.000
= 33%
Semakin tinggi tingkat rentabilitas maka semakin baik kondisi keuangan perusahaan.
ANALISIS MASA RESESI
1. Ilustrasi penyusunan anggaran pada masa resesi
Misalkan perusahaan PT palantingan mempunyai data neraca per 31 desember 2010 yang terdiri atas : kas Rp 2.000, piutang Rp 10.000, sediaan Rp 20.350, asset teta bersih Rp 27.650, utang dagang Rp 8.000, utang deviden Rp 10.000, utang jangka panjang Rp 12.000, modal saham 20.000, serta laa ditahan Rp 10.000.
Pada tahun 2011 PT palantingan bermaksud mengadakan perluasan perusahaan dengan cara membeli mesin baru seharga Rp 100.000. hal ini dilakukan untuk memperluas daerah pemasaran dan dalam rangka mengungguli persaingan. Direktur PT palantingan telah mengumpulkan informasi dan petunjuk mengenai beberapa hal :
a. Masa resesi segera dimulai tahun 2012
b. Lama masa resesi mungkin pada tahun 2012 dan 2013
c. Jualan pada tahun 2011 diperkirakan mencapai Rp 300.000, namun pada masa resesi tahun 2012 turun menjadi hanya 70% dari jualan tahun 2011. Sedangkan jualan tahun 2013 turun lagi menjadi hanya 80% dari jualan tahun 2011.
d. Harga pokok jualan (tidak termasuk depresiasi) berdasarkan pengalaman diperkirakan tahun 2011, 2012,2013 masing-masing sebesar 60%, 70%, dan 65% dari jualan tahun itu.
e. Sediaan 25% dari harga pokok jualan.
f. Depresiasi 10% dari nilai asset tetap bersih.
g. Piutang 15% dari jualan
h. Utang dagang 20% dari harga pokok jualan.
i. Beban usaha variable 20% dari jualan.
j. Beban usaha tetap setahun Rp 15.000 (tidak termasuk depresiasi.
k. Dividen akan dibayar tiap awal tahun mendatang Rp 10.000
l. Pajak 10% dibayar tahun mendatang.
m. Saldo kas awal dan akhir yang diinginkan sebesar Rp 2.000
Dari data tersebut, PT palantingan menyusun anggaran tiap tahun selama 3 tahun seperti anggaran laba rugi, anggaran kas, dan anggaran neraca, sebagai berikut:
PT palantingan
Anggaran laba rugi
Tahun berakhir 31 desember 2011, 2012,2013
Keterangan | 2011 | 2012 | 2013 |
1. Jualan 2. Harga pokok jualan 3. Laba kotor (1-2) 4. Beban usaha Tetap Variable 5. Beban depresiasi 6. Jumlah beban (4+5) 7. Laba (rugi) (3-6) 8. Pajak hasilan 10% 9. Laba (rugi) bersih (7-8) 10. Dividen 11. Laba ditahan (9-10) | Rp. 300.000 Rp 180.000 Rp 120.000 Rp 15.000 Rp 60.000 Rp 12.765 Rp 87.765 Rp 32.235 Rp3.224 Rp 29.011 Rp 10.000 Rp 19.011 | Rp 210.000 Rp 147.000 Rp 63.000 Rp 15.000 Rp 42.000 Rp 11.489 Rp 68.489 (Rp 5.489) Rp 0 (Rp 5.489) Rp 10.000 (Rp 15.489) | Rp 240.000 Rp 156.000 Rp 84.000 Rp 15.000 Rp 48.000 Rp 10.300 Rp 73.300 Rp 10.700 Rp 521 Rp 10.179 Rp 10.000 Rp 179 |
PT palantingan
Anggaran kas
Per 31 desember 2011, 2012, 2013
Keterangan | 2011 | 2012 | 2013 |
1. Kas masuk : Laba sebelum pajak Depresiasi Piutang (turun) Sediaan (turun) Utang dagang (naik) Jumlah kas masuk 2. Kas keluar : Rugi sebelum pajak Beli mesin Dividen Pajak hasilan Piutang (naik) Sediaan (naik) Utang dagang (turun) Jumlah kas keluar 3. Surplus (deficit) (1-2) 4. Surplus (deficit) (4-3) | Rp 32.235 Rp 12.765 Rp 28.000 Rp 73.000 Rp 100.000 Rp 10.000 Rp 35.000 Rp 24.650 Rp 169.650 (Rp 96.650) (Rp 96.650) | Rp 11.489 Rp 13.500 Rp 8.250 Rp 33.239 Rp 5.489 Rp 10.000 Rp 3.224 Rp 6.600 Rp 25.313 Rp 7.926 (Rp 88.724) | Rp 10.700 Rp 10.300 Rp 1.800 Rp 22.800 Rp 10.000 Rp 4.500 Rp 2.250 Rp 16.750 Rp 6.050 (Rp 82.674) |
PT palantingan
Anggaran neraca
Per 31 desember 2011, 2012, 2013
Keterangan | 2011 | 2012 | 2013 |
1. Asset lancar Kas Piutang Sediaan produk Jumlah aktiva lancar 2. Asset tetap bersih 3. ASET (1+2) 4. Utang jangka pendek Utang dagang Utang pajak Utang dividen Jumlah utang jangka pendek 5. Utang jangka panjang 6. Jumlah utang (4+5) 7. Modal sendiri Modal saham Laba ditahan Jumlah modal sendiri 8. Dana yang diperlukan (deficit kumulatif) 9. UTANG DAN MODAL (6+7+8) | Rp 2.000 Rp 45.000 Rp 45.000 | Rp 2.000 Rp 31.500 Rp 36.750 | Rp 2.000 Rp 36.000 Rp 39.000 |
Rp 92.000 Rp 114.885 | Rp 70.250 Rp 103.396 | Rp 77.000 Rp 93.096 | |
Rp 206.885 | Rp 173.646 | Rp 170.096 | |
Rp 36.000 Rp 3.224 Rp 10.000 | Rp 29.400 Rp 10.000 | Rp 31.200 Rp 521 Rp 10.000 | |
Rp 49.224 Rp 12.000 | Rp 39.400 Rp 12.000 | Rp 41.721 Rp 12.000 | |
Rp 61.224 | Rp 51.400 | Rp 53.721 | |
Rp 20.000 Rp 29.011 | Rp 20.000 Rp 13.522 | Rp 20.000 Rp 13.701 | |
Rp 49.011 | Rp 33.522 | Rp 33.701 | |
Rp 96.650 | Rp 88.724 | Rp 82.674 | |
Rp 206.885 | Rp 173.646 | Rp 170.096 |