A.
Pendahuluan
Akuntansi sosial disefenisikan sebagai “penyusunan,
pengukuran, dan analisis terhadap konsekuensi-konsekuensi sosial dan ekonomi
dari perilaku yang berkaitan dengan pemerintah dan wirausahawan”. Dalam hal
ini, akuntansi sosial berarti identifikasi, mengukur dan melaporkan hubungan
antara bisnis dan lingkungannya. Lingkungan bisnis meliputi sumber daya alam,
komunitas dimasa bisnis tersebut beroperasi, orang-orang yang dipekerjakan,
pelanggan, pesaing, dan perusahaan serta kelompok lain yang berurusan dengan
bisnis tersebut. Prose pelaporan dapat bersifat baik internal maupun eksternal.
Model-model akuntansi dan ekonomi tradisional
berfokus pada produksi dan distribusi barang dan jasa kepada masyarakat.
Akuntansi sosial memperluas model ini dengan memasukkan dampak-dampak dari
aktivitas perusahaan terhadap masyarakat.
B.
Latar
Belakang Sejarah
Akuntansi sosial berkepentingan dengan identifikasi
dan pengukuran manfaat sosial dan biaya sosial – konsep yang biasanya di
abaikan oleh para akuntan tradisional. Untuk memahami perkembangan akuntansi
sosial, sesoeorang harus mengetahui bagaimana manfaat dan biaya sosial telah
diperlakukan dimasa lalu.
Model akuntansi dasar (baik untuk tujuan keuangan
dan manajerial) menggunakan teori ekonomi mikro untuk menentukan apa yang harus
dimasukkan atau dikeluarkan dari perhitungan akuntansi.
Dengan menetapkan undang-undang dibidang ini,
pemerintah memaksa individu dan para pelaku bisnis untuk menjadi lebih
responsive terhadap kebutuhan sosial. Walaupun pelaksanaan undang-undang ini
cenderung lemah, fakta bahwa undang-undang tersebut ada dan mengenakan sanksi
mendorong kepatuhan. Secara bertahap, undang-undang tersebut telah membawa
dampak positif. Terdapat banyak perusahaan yang peka akan lingkungan. Hal ini tampak
dari munculnya akun-akun yang terkait dengan kegiatan sosial pada
laporan-laporan keuangannya.
C.
Permasalahan
Sosial Indonesia
Jika dilihat dari kondisi Indonesia pada saat ini,
krisis yang berkepanjangan telah menempatkan bangsa ini pada krisis multi-dimensi
yang mencakup hamper seluruh aspek kehidupan. Jika dilihat secara lebih seksama
dari sudut pandang aspek ekonomi, sendi-sendi perekonomian (investasi,
produksi, dan distribusi) lumpuh sehingga menimbulkan kebangkrutan dunia usaha,
meningkatnya jumlah pengangguran, menurunnya pendapatan perkapita dan daya beli
masyarakat, dan pada akhirnya bermuara pada meningkatnya angka jumlah penduduk
yang berada dibawah garis kemiskinan.
Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia
mengakibatkan timbulnya berbagai hal yang tidak pasti, sehingga
indicator-indikator ekonomi seperti tingkat suku bunga, laju inflasi, fluktuasi
nilai tukar rupiah, indeks harga saham gabungan, dan sebagainya sangat rentan
terhadap masalah-masalah sosial. Hal ini membuktikan bahwa aspek sosial dan
aspek politik dapat mengundang dua sentiment pasar yang bermuara pada
instabilitas ekonom
D.
Tanggapan
Perusahaan
Sebelum tahun 1960-an, beberapa perusahaan telah
dianggap sebagai “warga Negara yang baik”. Perusahaan-perusahaan tersebut memperoleh
reputasi ini dengan menghasilka produk-produk berkualitas, memperlakukan
pekerja dengan rasa hormat, memberikan kontribusi kepada komunitas, atau
membantu fakir miskin.
Dipihak lain, banyak perusahaan dan asosiasi
industry berperang untuk mengubah peraturan pemerintah yang baru atau mencoba
untuk mengikisnya melalui ketidak patuhan. Dalam kasus ini, manajemen mungkin
merasa bahwa beberapa dari peraturan tersebut, seperti undang-undang
perlindungan lingkungan, akan memiliki dampak ekonomi negative terhadap
perusahaan mereka karena biaya untuk mematuhi undang-undang tersebut jika tidak
sesuai dengan manfaatnya.
Tanggapan Profesi Akuntan
Dengan diberlakukannya undang-undang yang menetapkan
program-program sosial pemerintah, bebrapa akuntan merasa bahwa mereka
sebaiknya menggunakan keahlian mereka untuk mengukur efektivitas dari program
tersebut.
Secara ringkas, literature awal dari akuntansi
sosial menyatakan bahwa para akuntan diperlukan untuk menghasilkan data
mengenai tanggung jawab perusahaan dan bahwa ada pihak-pihak lain yang
berkepentingan (selain perushaan) yang akan tertarik dengan data-data ini.
E.
Akuntansi
untuk Manfaat dan Biaya Sosial
Dasar bagi kebanyakan teori akuntansi sosial datang
dari analisis yang dilakukan oleh A.C. Pigou terhadap biaya dan manfaat sosial.
A.C.Pigou adalah seorang ekonom neo-klasik yang memperkenalkan pemikiran
mengenai biaya dan manfaat sosial kedalam ekonomi mikro pada tahun 1920. Titik
pentingnya adalah bahwa optimalitas-Pareto (titik dalam ekonomi kesejahteraan
dimana adalah mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang tanpa
mengurangi kesejahteraan dari orang lain) tidak dapat dicapai selama produk
sosial neto dan produk pribadi neto tidak serata.
Suatu analisis yang serupa dapat dibuat dalam hal
biaya. Bagi Pigou, biaya sosial terdiri atas seluruh biaya untuk menghasilkan
suatu produk, tanpa mempedulikan siapa yang membayarnya. Biaya yang di bayarkan
oleh produsen disebut sebagai biaya pribadi. Selisih antara biaya sosial dan
biaya pribadi (disebut sebagai “biaya sosial yang tidak dikompensasikan”) dan
disebabkan oleh banyak faktor.
Menurut Pigou, optimalitas-Pareto hanya dapat
dicapai jika manfaat sosial marginal sama dengan biaya sosial marginal.
Perbedaan antara Pigou dengan model ekonomi tradisional- dimana pendapatan
marginal setara dengan biaya marginal- berasal dari perbedaan antara manfaat
sosial dan pribadi dengan biaya sosial dan pribadi.
Dengan demikian, ketika akuntan mengukur manfaat
pribadi (pendapatan) dan biaya pribadi (beban) serta mengabaikan yang lainnya,
mereka bersikap konsisten dengan teori ekonomi tradisional. Gerakan kearah
akuntansi sosial, sebagian besar terdiri dari usaha-usaha untuk memasukkan
biaya sosial dan biaya sosial yang tidak terbagi kedalam model akuntansi.
1. Teori
Akuntansi Sosial
Berdasarkan
analisis Pigou dan gagasan mengenai suatu “kontrak sosial”, K.V.Ramanathan
(1976) mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk akuntansi atas biaya
dan manfaat sosial.
Terdapat
dua masalah utama dengan pendekatan Ramanathan. Pertama, untuk menentukan
kontribusi neto kepada masyarakat, beberapa jenis system nilai harus
ditentukan. Bagaimana entitas tersebut menentukan apa yang merupakan kontribusi
atau apa yang merupakan kerugian bagi masyarakat?. Beberapa kerugian seperti
polusi secara universal dibenci dan memasukkannya dalam suatu laporan akuntansi
dan dibenarkan dengan relative mudah.
Masalah
utama kedua berkaitan dengan pengukuran. Adalah teramat sulit untuk
menguantifikasi jumlah pos yang akan dimasukkan dalam laporan kontribusi neto
kepada masyarakat.
2. Pengukuran
Salah
satu alasan utama dari lambatnya kemajuan akuntansi sosial adalah kesulitan
dalam mengukur kontribusi dan kerugian. Proses tersebut terdiri atas tiga
langkah, yaitu :
1) Menentukan
apa yang menyusun biaya dan manfaat sosial.
2) Mencoba
untuk menguantifikasi seluruh pos yang relevan.
3) Menempatkan
nilai moneter pada jumlah akhir.
3. Menetukan
Biaya dan Manfaat Sosial
Cara
lain untuk mengidentifikasi asal dari biaya dan manfaat sosial adalah dengan
memeriksa proses distribusi dan produksi perusahaan individual guna
mengidentifikassi bagaimana kerugian dan kontribusi serta menentukan bagaimana
hal itu terjadi. Jika satu bagian dari proses produksidan distribusi diperiksa
– mungkin ditemukan produk sampingan yang negative diciptakan bersama-sama
dengan produk yang berguna.
4. Kuantifikasi
terhadap Biaya dan Manfaat
Ketika
aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat sosial ditentukan dari kerugian
serta kontribusi tertentu diidentifikasikan, maka dampak pada manusia dapat
dihitung. Untuk mengukur suatu kerugian dibutuhkan informasi mengenai
variable-variabel utama, yaitu waktu dan dampak.
1) Waktu
Beberapa peristiwa yang
menghasilkan biaya sosial membutuhkan waktu beberapa tahun untuk menimbulkan
suatu akibat. Dalam hal pengukuran, adalah penting untuk menentukan lamanya
waktu tersebut. dampak jangka panjang sebaiknya diberikan bobot yang berbeda
dengan dampak jangka pendek.
2) Dampak
Orang-orang dapat
dipengaruhi secara ekonomi, fisik, psikologis, dan sosial oleh berbagai
kerugian. Untuk mengukur biaya sosial tersebut adalah perlu untuk
mengidentifikasikan kerugian-kerugian tersebut dan menguantifikasikannya.
Biaya-biaya tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai kerugian ekonomi, fisik, psikologis, atau sosial.
1) Kerugian
ekonomi
Biaya-biaya ini
meliputi tagihan pengobatan dan rumah sakit yang tidak dikompensasi, hilangnya
produktivitas, dan hilangnya pendapatan yang diderita oleh pekerja. Jelaslah,
perhitungan ganda atas hilangnya pendapatan dan produktivitas harus duhindari.
2) Kerugian
fisik
Menghitung nilai dari
kehidupan atau kesehatan manusia adalah hal yang sulit untuk dilakukan, tetapi
seringkali dicoba dalam analisis biaya-manfaat yang tradisional.
3) Kerugian
psikologis
Kerugian-kerugian ini
juga sulit untuk dikuantifikasi dan harus didiskontokan pada tingkat bunga yang
sesuai.
4) Kerugian
sosial
Dalam keluarga pekerja,
perubahan peran dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit tersebut. keluarga
tersebut dapat menjadi begitu trauma sehingga terjadi perpecahan. Nilai
sekarang dari seluruh dampak ini bagaimanapun juga harus dihitung.
F.
Pelaporan
Kinerja Sosial
Kerangka kerja akuntansi sosial belum secara penuh
dikembangkan dan terdapat masalah pengukuran yang serius mengenai biaya dan
manfaat. Meskipun demikian, sejumlah penulis telah menyarankan agar perusahaan
melaporkan kinerja akuntansi sosialnya baik secara internal maupun secara
eksternal. Pendekatan-pendekatan tersebut meliputi :
1. Audit
Sosial
Audit
sosial mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari
program-program yang berorientasi sosial dan operasi perusahaan yang reguler.
Audit
sosial adalah serupa dengan audit keuangan dalam hal bahwa audit sosial mencoba
untuk secara independen menganalisis suatu perusahaan dan menilai kinerja.
Setelah audit sosial diselesaikan, perusahaan harus memutuskan apakah akan
menginformasikannya kepublik.
2. Laporan-laporan
Sosial
David
Linowes telah mengembangkan laopran operasi sosio-ekonomi untuk digunakan
sebagai dasar untuk melaporkan informasi akuntansi sosial. Linowes membagi
laporannya kedalam tiga kategori :
1) Hubungan
dengan manusia
2) Hubungan
dengan lingkungan
3) Hubungan
dengan produk
3. Pengungkapan
dalam Laporan Tahunan
Ditemukan
bahwa secara umum, jumlah perusahaan yng mengungkapkan informasi sosial dan
jumlah pengungkapan meningkat dengan stabil. Sekitar 90 persen dari perusahaan
yang termasuk dalam laporan tahunan bersifat sukarela dan selektif, dapat
diargumentasikan bahwa informasi tersebut memiliki nilai yang dipertanyakan dan
seseorang tidak dapat menilai kinerja sosial dari perusahaan tersebut
berdasarkan laporan tahunannya.
4. Perkembangan
luar negeri
Bentuk
pelaporan model Eropa yang telah digunakan oleh sejumlah perusahaan adalah
bentuk yang dikembangkan serta digunakan oleh DeutscheShell (perusahaan minyak
Shell di Jerman). Serupa dengan laporan dari perusahaan-perusahaan di Prancis,
laporan Deutsche Shell menekankan pada hubungan perusahaan dengan karyawannya.
Akan tetapi, laporan tersebut juga memberikan informasi mengenai sejumlah
bidang lainnya yang berurusan dengan tanggung jawab sosial perusahaan.
G.
Arah
Riset
Riset dalam akuntansi sosial telah cukup ekstensif
dan berfokus pada berbagai subjek yang berkisar dari pengembangan kerangka
kerja teoretis sampai mensurvei pngguna potensial dari data akuntansi sosial
bagi investor.
Studi mengenai kegunaan informasi sosial bagi
investor dapat dibagi menjadi dua bidang utama, yaitu :
1) Survey
atas investor potensial
2) Pengujian
empiris terhadap dampak pasar dari pengungkapan akuntansi sosial.
Studi mengenai reaksi pasar modal terhadap
pengungkapan informasi sosial menyarankan agar investor menyesuaikan perkiraan
mereka terhadap pengungkapan informasi akuntansi sosial. Tidak terdapat
kesimpulan yang jelas dari riset mengenai hubungan antara kinerja sosial,
kinerja ekonomi, dan pengungkapan sosial.
@irma-Yuni , saya mau tanya hasil dari kesimpulanny dari akuntansi sosial ny apa ?
BalasHapusGood artikel...terima kasih ...nambah pengetahuan banget...
BalasHapus