Senin, 04 Juni 2012

Pola Keperilakuan Auditor


TugasMandiri                                                                        Dosen Pembimbing
Akuntansi Keperilakuan                                                   Anna Nurlita, SE,MSi



Pola Keperilakuan Auditor
 















DISUSUN OLEH ;


Irma Yuni
NIM: 10973005678









JURUSAN AKUNTANSI S1
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM
PEKANBARU
2012

Pola Keperilakuan Auditor
Auditor menunjukkan sebagian besar perilaku manusia lain, tetapi sifat audit menimbulkan beberapa masalah perilaku unik. sebelum ini dapat dipelajari secara efektif untuk meninjau sifat audit.
A.    SIFAT AUDIT
Audit berasal dari bahasa latin yaitu audire  yang artinya mendengar. Sedangkan menurut istilah artinya memeriksa  bukti berdasarkan pada penilaiannya. Sedangkan hakikat dari audit adalah proses pembuktian oleh orang indenpenden(imparsial) terhadap suatu asersi menajemen dengan menggunakan jugment (pertimbangan) dan bukti yang membuktikan (evidential matter). Pengauditan adalah suatu kegiatan yang penting. Setiap organisasi atau perusahaan selayaknya secara sukarela melakukan audit untuk memberikan umpan balik atas kinerja yang telah dilakukan. Audit dilakukan oleh auditor yang jati dirinya dalah manusia bukan robot.
B.     LINGKUP AUDIT
Audit adalah kegiatan yang dapat meresap. Dimana hal ini terjadi kepada kita yaitu dari lahir sampai mati, kita masing-masing mengalami lingkup audit. DiIlustrasikan sebagai berikut yaitu rumah sakit tempat kita dilahirkan mengalami audit konstan. Dimana data waktu kelahiran  dan tempat, jenis kelamin kelahiran kita, pengukuran, keturunan, dokter yang hadir, dan data lainnya untuk dimasukkan dalam catatan permanen.
Menurut siegel dan marconi (1989) seharusnya auditor terlepas dari faktor-faktor personalitias dalam melakukan audit. Personalitas akan bisa menyebabkan kegagalan audit,sekaligus membawa resiko yang tinggi bagi auditor. Ada 2 tipe keperilakuan yang dihadapi oleh auditor:
1.      Auditor dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap lingkungan audit.
2.      Auditor harus menyelaraskan dan sinergi dalam pekerjaan mereka, karena audit hakikatnya adalah pekerjaan kelompok, sehingga perlu ada proses review didalamnya.
C.    PERTIMBANGAN DALAM PENGAUDITAN
Dalam beberapa dekade tahun belakangan ini para akademisi menaruh perhatian yang sangat serius terhadap pertimbangan (jugment) dalam pengauditan. Proses kegiatan pertimbangan auditor :
1.      Menetapkan materialitas
2.      Mengidentifikasi tujuan dan asersi audit yang penting
3.      Menilai lingkungan resiko internal
4.      Mengevaluasi pengendalian internal
5.      Mengembangkan strategi audit
6.      Mengembangkan program audit
7.      Memilih dan mengevaluasi prosedur review analitis
8.      Mengevaluasi hasil-hasil dari pengujian audit
9.      Menentukan status going concern perusahaan
10.  Mengaplikasikan standart audit yang berterima umum dan prinsip-prinsip akuntansi
11.  Mengaplikasikan aturan-aturan mengenai kode etik
12.  Memilih opini audit yang tepat.

D.    RATIONAL-EMOTIVE THERAPY DALAM AUDIT
Menurut Goleman (2007) untuk menjadi auditor yang mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan menjunjung tinggi etika profesinya, kecerdasan eintelektual hanya menyumbang 20 %, sedangkan 80 % dipengaruhi oleh bentuk-bentuk kecerdasan yang lain, salah satunya adalah kecerdasan emosional.
Lima komponen untuk membentuk kecerdaasan emosional seorang editor adalah:
1.      Mengenali emosi diri
2.      Mengelola emosi
3.      Memotivasi diri sendiri
4.      Mengenali emosi orang lain
5.      Membina hubungan dengan orang lain.
Untuk mengatasi keperilakuan sebagai upaya meningkatkan kualitas pertimbangan, shannon dan steven dalam siegel dan marconi (1989) mengusulkan suatu terapi apa yang disebut dengan rational emotive therapy (RET).
Tujuan RET adalah untuk mencapai suatu keadaan emosional dari netralitas-untuk menghilangkan sebanyak mungkin perasaan negatif yang tidak diinginkan. Ini bertumpu pada gagasan bahwa seseorang mungkin bisa lebih dekat untuk memecahkan masalah dalam suasana pemikiran yang  dibandingkan ketika seseorang mendekati suatu permasalah dalam keadaan marah, gelisah. atau depresi.
RET menekankan urutan: (1) sebuah  pemicu terjadi peristiwa atau kejadian, (2) pemikiran atas peristiwa tersebut; dan (3) perasaan tentang hasil dari peristiwa. Seringkali, saat kita dewasa, proses berpikir diabaikan, dan kita bereaksi secara emosional hampir secara otomatis. Misalnya, jika seseorang "membuntuti" Anda dalam lalu lintas atau memotong di depan Anda sejalan, kemarahan dapat mengakibatkan tanpa pikiran sadar. Ini, contoh mungkin tidak membangkitkan Anda tetapi ada banyak peristiwa yang mengiritasi. RET berusaha pertama yang memiliki Anda mempertimbangkan dengan hati-hati pikiran Anda tentang kejadian-apa pikiran yang menciptakan apa yang emosi Selanjutnya, pikiran dievaluasi dengan menanyakan diri sendiri:
1.      Apakah pemikiran berdasarkan fakta objektif dan pendapat tidak subjektif
2.      Jika ditindaklanjuti, ia akan menghasilkan tujuan  saya yang paling cepat
3.      Jika ditindaklanjuti, ia akan mencegah konflik yang tidak diinginkan dengan. orang lain
4.      Jika ditindaklanjuti, apakah itu membantu dalam pengendalian diri saya
5.      Apakah itu menyebabkan saya untuk merasakan dengan cara yang saya suka untuk merasakan
Setelah penyaringan evaluasi ini selesai , perasaan seseorang tentang kejadian semestinya netral.

E.     FENOMENA KELOMPOK DALAM PENGAUDITAN
Dalam lingkungan kompetitif , kantor akuntan publik (KAP) harus secara teratur memonitor praktik-praktik  terbaik yang menjamin profesionalisme karyawan secara efektif dan efisien.ivancevich dan mattesson (2002) menyebutkan yang dimaksud dengan kelompok adalah 2 orang atau lebih berinteraksi mencapai suatu tujuan tertentu. Ada 2 tipe kelompok yaitu:

1.      Kelompok formal terdiri dari perintah, tugas dan tim.
2.      kelompok non formal terdiri dari kelompok kepentingan dan pertemanan. 

Dalam konteks pengambilan keputusan, kelompok biassanya memerlukan waktu yang lebih panjang. Akan tetapi dengan adanya individu yang spesialis dan ahli maka ini akan memberikan manfaat dalam membuat keputusan yang lebih baik. Ivancevich dan matesson (2002) juga mengatakan untuk mencapai hasil yang terbaik maka anggota kelompok harus mengembangkan kreativitas sebagai suatu proses dialogis, yaitu anggota kelompok menghasilkan cerita atau ide-ide yang berguna untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Beberapa studi juga menemukan bahwa kelompok lebih baik dari individu dalam hal mengidentifikasi potensi terjadinya kesalahan dalam laporan keuangan tetapi tidak lebih baik ketika mengevaluasi kesalahan itu sendiri. Beberapa tugas audit yang membutuhkan proses keputusan kelompok adalah:
1.      Mengidentifikasi resiko interen, resiko kecurangan, dan faktor-faktor resiko pengendalian selama mengembangkan perencanaan audit
2.      Mengindentifikasi isu-isu going concern (keberlangsungan) perusahaan.
3.      Mengindentifikasi isu-isu yang relevan dalam memilih bentuk-bentuk yang tepat dari opini audit.
4.      Mengindentifikasi isu-isu yang relevan dengan catatan atas laporan keuangan. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar