TugasMandiri Dosen Pembimbing
Akuntansi Keperilakuan Anna Nurlita, SE,MSi
Pola Keperilakuan Auditor
DISUSUN OLEH ;
Irma Yuni
NIM: 10973005678
JURUSAN
AKUNTANSI S1
FAKULTAS
EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM
PEKANBARU
2012
Pola Keperilakuan Auditor
Auditor
menunjukkan sebagian besar perilaku manusia lain, tetapi sifat audit
menimbulkan beberapa masalah perilaku unik. sebelum ini dapat dipelajari secara
efektif untuk meninjau sifat audit.
A.
SIFAT
AUDIT
Audit berasal dari bahasa latin yaitu audire yang artinya mendengar. Sedangkan menurut
istilah artinya memeriksa bukti
berdasarkan pada penilaiannya. Sedangkan hakikat dari audit adalah proses
pembuktian oleh orang indenpenden(imparsial) terhadap suatu asersi menajemen
dengan menggunakan jugment (pertimbangan) dan bukti yang membuktikan
(evidential matter). Pengauditan adalah suatu kegiatan yang penting. Setiap
organisasi atau perusahaan selayaknya secara sukarela melakukan audit untuk
memberikan umpan balik atas kinerja yang telah dilakukan. Audit dilakukan oleh
auditor yang jati dirinya dalah manusia bukan robot.
B.
LINGKUP
AUDIT
Audit adalah kegiatan yang dapat meresap. Dimana hal
ini terjadi kepada kita yaitu dari lahir sampai mati, kita masing-masing
mengalami lingkup audit. DiIlustrasikan sebagai berikut yaitu rumah sakit
tempat kita dilahirkan mengalami audit konstan. Dimana data waktu
kelahiran dan tempat, jenis kelamin
kelahiran kita, pengukuran, keturunan, dokter yang hadir, dan data lainnya
untuk dimasukkan dalam catatan permanen.
Menurut siegel dan marconi (1989)
seharusnya auditor terlepas dari faktor-faktor personalitias dalam melakukan
audit. Personalitas akan bisa menyebabkan kegagalan audit,sekaligus membawa
resiko yang tinggi bagi auditor. Ada 2 tipe keperilakuan yang dihadapi oleh
auditor:
1. Auditor
dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap lingkungan audit.
2. Auditor
harus menyelaraskan dan sinergi dalam pekerjaan mereka, karena audit hakikatnya
adalah pekerjaan kelompok, sehingga perlu ada proses review didalamnya.
C.
PERTIMBANGAN
DALAM PENGAUDITAN
Dalam beberapa dekade tahun belakangan ini para
akademisi menaruh perhatian yang sangat serius terhadap pertimbangan (jugment)
dalam pengauditan. Proses kegiatan pertimbangan auditor :
1. Menetapkan
materialitas
2. Mengidentifikasi
tujuan dan asersi audit yang penting
3. Menilai
lingkungan resiko internal
4. Mengevaluasi
pengendalian internal
5. Mengembangkan
strategi audit
6. Mengembangkan
program audit
7. Memilih
dan mengevaluasi prosedur review analitis
8. Mengevaluasi
hasil-hasil dari pengujian audit
9. Menentukan
status going concern perusahaan
10. Mengaplikasikan
standart audit yang berterima umum dan prinsip-prinsip akuntansi
11. Mengaplikasikan
aturan-aturan mengenai kode etik
12. Memilih
opini audit yang tepat.
D.
RATIONAL-EMOTIVE
THERAPY DALAM AUDIT
Menurut
Goleman (2007) untuk menjadi auditor yang mampu melaksanakan tanggung jawabnya
dengan menjunjung tinggi etika profesinya, kecerdasan eintelektual hanya
menyumbang 20 %, sedangkan 80 % dipengaruhi oleh bentuk-bentuk kecerdasan yang
lain, salah satunya adalah kecerdasan emosional.
Lima
komponen untuk membentuk kecerdaasan emosional seorang editor adalah:
1. Mengenali
emosi diri
2. Mengelola
emosi
3. Memotivasi
diri sendiri
4. Mengenali
emosi orang lain
5. Membina
hubungan dengan orang lain.
Untuk mengatasi keperilakuan sebagai upaya
meningkatkan kualitas pertimbangan, shannon dan steven dalam siegel dan marconi
(1989) mengusulkan suatu terapi apa yang disebut dengan rational emotive
therapy (RET).
Tujuan RET adalah untuk mencapai suatu keadaan emosional dari netralitas-untuk
menghilangkan sebanyak mungkin perasaan negatif yang tidak diinginkan. Ini
bertumpu pada gagasan bahwa seseorang mungkin bisa lebih dekat untuk memecahkan
masalah dalam suasana pemikiran yang
dibandingkan ketika seseorang mendekati suatu permasalah dalam keadaan
marah, gelisah. atau depresi.
RET
menekankan urutan: (1)
sebuah pemicu terjadi peristiwa atau kejadian, (2) pemikiran
atas peristiwa tersebut; dan (3) perasaan tentang hasil dari
peristiwa. Seringkali, saat kita
dewasa, proses berpikir diabaikan, dan kita bereaksi
secara emosional hampir secara otomatis. Misalnya, jika seseorang "membuntuti"
Anda dalam lalu lintas atau memotong di depan Anda sejalan,
kemarahan dapat mengakibatkan tanpa
pikiran sadar. Ini, contoh mungkin tidak membangkitkan Anda tetapi ada banyak
peristiwa yang mengiritasi. RET
berusaha pertama yang memiliki Anda mempertimbangkan dengan hati-hati pikiran Anda tentang kejadian-apa pikiran yang menciptakan
apa yang emosi Selanjutnya,
pikiran dievaluasi dengan menanyakan diri sendiri:
1. Apakah pemikiran berdasarkan fakta objektif dan pendapat tidak
subjektif
2. Jika ditindaklanjuti, ia akan menghasilkan tujuan saya yang paling cepat
3.
Jika
ditindaklanjuti, ia akan mencegah
konflik yang tidak diinginkan dengan.
orang lain
4. Jika ditindaklanjuti, apakah itu membantu dalam
pengendalian diri saya
5. Apakah itu
menyebabkan saya untuk merasakan dengan
cara yang saya suka untuk merasakan
Setelah penyaringan evaluasi ini
selesai , perasaan seseorang tentang kejadian semestinya netral.
E.
FENOMENA KELOMPOK DALAM PENGAUDITAN
Dalam
lingkungan kompetitif , kantor akuntan publik (KAP) harus secara teratur
memonitor praktik-praktik terbaik yang
menjamin profesionalisme karyawan secara efektif dan efisien.ivancevich dan
mattesson (2002) menyebutkan yang dimaksud dengan kelompok adalah 2 orang atau
lebih berinteraksi mencapai suatu tujuan tertentu. Ada 2 tipe kelompok yaitu:
1. Kelompok formal terdiri dari
perintah, tugas dan tim.
2. kelompok non formal terdiri dari
kelompok kepentingan dan pertemanan.
Dalam
konteks pengambilan keputusan, kelompok biassanya memerlukan waktu yang lebih
panjang. Akan tetapi dengan adanya individu yang spesialis dan ahli maka ini
akan memberikan manfaat dalam membuat keputusan yang lebih baik. Ivancevich dan
matesson (2002) juga mengatakan untuk mencapai hasil yang terbaik maka anggota
kelompok harus mengembangkan kreativitas sebagai suatu proses dialogis, yaitu
anggota kelompok menghasilkan cerita atau ide-ide yang berguna untuk
menyelesaikan suatu permasalahan.
Beberapa
studi juga menemukan bahwa kelompok lebih baik dari individu dalam hal
mengidentifikasi potensi terjadinya kesalahan dalam laporan keuangan tetapi
tidak lebih baik ketika mengevaluasi kesalahan itu sendiri. Beberapa tugas
audit yang membutuhkan proses keputusan kelompok adalah:
1. Mengidentifikasi resiko interen,
resiko kecurangan, dan faktor-faktor resiko pengendalian selama mengembangkan
perencanaan audit
2. Mengindentifikasi isu-isu going concern
(keberlangsungan) perusahaan.
3. Mengindentifikasi isu-isu yang
relevan dalam memilih bentuk-bentuk yang tepat dari opini audit.
4. Mengindentifikasi isu-isu yang
relevan dengan catatan atas laporan keuangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar